Belum berhenti musibah Gunung
Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara, kini giliran Gunung Kelud di Jawa
Timur yang meletus. Di Yogyakarta warga bukan hanya suara menggelegar, namun saat
erupsi hujan abu juga dirasakan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Bahkan, bagi warga yang
berada di selatan Yogyakarta, seperti Kabupaten Bantul, hujan abu justru lebih
tebal dan pekat dibandingkan saat hujan abu erupsi Merapi 2010 yang lalu.
Langit di wilayah Yogyakarta tampak gelap dan berwarna putih kecokelatan,
pertanda hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud masih berlangsung di
wilayah Yogyakarta.
Genteng rumah warga tampak berwarna putih-kecokelatan dan berbagai tumbuhan
dipenuhi dengan abu vulkanik yang terus berjatuhan. Warga yang beraktivitas
keluar rumah juga harus menggunakan masker, jika tidak ingin menghirup abu
vulkanik yang jatuh beterbangan dari langit.
"Saya hanya keluar mencari lauk-pauk untuk makan pagi saja, baju, helm, dan kaca mata saya sudah banyak abu yang menempel," kata Juminem warga Dusun Gunungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY, Jumat 14 Februari 2014.
Jika keluar rumah tidak menggunakan masker atau menggunakan pelindung kepala seperti topi atau helm, tambahnya, seluruh rambut dan muka maupun baju yang dipakai sudah sangat kotor dengan abu vulkanik.
"Saya hanya keluar mencari lauk-pauk untuk makan pagi saja, baju, helm, dan kaca mata saya sudah banyak abu yang menempel," kata Juminem warga Dusun Gunungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY, Jumat 14 Februari 2014.
Jika keluar rumah tidak menggunakan masker atau menggunakan pelindung kepala seperti topi atau helm, tambahnya, seluruh rambut dan muka maupun baju yang dipakai sudah sangat kotor dengan abu vulkanik.
"Mata saya juga terasa perih meski sudah memakai kacamata," paparnya.
Juminem mengaku hujan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud ini jauh lebih tebal dibandingkan dengan hujan abu vulkanik saat erupsi Merapi berlangsung.
"Hujan abu vulkanik ini cukup tebal dan mengganggu sekali, ketika sedang melakukan aktivitas di luar rumah," tuturnya.
Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, mengatakan bahwa dentuman yang terjadi saat erupsi Gunung Kelud berlangsung juga terekam pada seismogram yang ada di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta mencatat getaran tremor berkali-kali.
Juminem mengaku hujan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud ini jauh lebih tebal dibandingkan dengan hujan abu vulkanik saat erupsi Merapi berlangsung.
"Hujan abu vulkanik ini cukup tebal dan mengganggu sekali, ketika sedang melakukan aktivitas di luar rumah," tuturnya.
Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, mengatakan bahwa dentuman yang terjadi saat erupsi Gunung Kelud berlangsung juga terekam pada seismogram yang ada di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta mencatat getaran tremor berkali-kali.
"Suara dentuman letusan Kelud membuat akustik bagai dentuman melalui
gelombang udara. Seismogram itu mencatat getaran dari seismometer di stasiun
Deles, Klaten dan stasiun Plawangan, Sleman serta stasiun Pusunglondon
Boyolali," katanya.
Meski demikian, getaran dipastikan tidak akan memengaruhi aktivitas vulkanik di Gunung Merapi. Rekaman di seismograf adalah akibat dari letusan Gunung Kelud. Untuk Merapi, masih landai dan statusnya masih normal. Sedangkan Kelud sudah berstatus awas (level IV).
Meski demikian, getaran dipastikan tidak akan memengaruhi aktivitas vulkanik di Gunung Merapi. Rekaman di seismograf adalah akibat dari letusan Gunung Kelud. Untuk Merapi, masih landai dan statusnya masih normal. Sedangkan Kelud sudah berstatus awas (level IV).
"Status Gunung Merapi tetap pada status normal aktif atau level I,"
jelasnya.
Sumber:
VIVA.CO.ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar