Pejuang Kata-kata

Menjadi pejuang kata-kata suatu pekerjaan yang menyenangkan. Lahir dari kata, bekerja untuk kata, hidup juga karena kata.

Karena kata-kata juga Blog ini lahir untuk memainkan setiap sentuhan kata yang dirangkai menjadi sebuah tulisan. Selamat bermain kata-kata.

Senin, 10 Februari 2014

Eksistensi Mahasiswa



Mungkin kita pernah mendengar kata-kata eksis dalam kehidupan kita. Berbicara eksis bisa kita artikan sebagai keberadaan. Atau diartikan dengan perwujudan. Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa eksistensi merupakan keberadaan atau kekuatan.

Jika kita hubungkan dengan eksistensi mahasiswa yakninya wujud keberadaan mahasiswa. Sejauh mana mahasiswa itu ada, ada dalam berbagai lini, baik pendidikan, tataran pemerintahan, dunia intelektual dan lainnya. Keberadaan tersebut perlu dipertanyakan lagi, keberadaan yang seperti apa yang ada pada mahasiswa?

Mungkin kita perlu mengkaji ulang tentang makna kata mahasiswa dan perannya. Mahasiswa, kata tersebut selalu terdengar bagi kita, ketika saya masih berada di bangku sekolah pun juga sering mendengar kata itu. Luar biasa memang kata mahasiswa bagi saya waktu itu. Yang ada dalam fikiran saya berbicara mahasiswa yaitu sosok idealis yang penuh dengan gagasan revolusioner merubah bangsa menjadi lebih baik. Bagaikan Soekarno dan Moh. Hatta sewaktu mahasiswa menjadi penggagas dan penggerak diplomasi melawan penjajah. Namun sekarang, masih adakah sosok seperti itu di masa  kini? Seperti apakah sosok mahasiswa saat ini?

Seiring perubahan zaman idealisme pun turut berubah mengikuti arus intelektual yang berkembang. seperti tren yang sedang update setiap tahunnya, kemudian ramai-ramai diikuti kaum muda di Indonesia. Ada beberapa golongan mahasiswa dalam pandangan saya di era saat ini, sedikitnya bisa dapat dibagi menjadi berbagai tipe menurut aktivitas dan perannya dalam dunia kampus dan masyarakat.

Pertama, mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Mahasiswa tipe ini banyak kita jumpai di kampus. Mahasiswa golongan seperti ini terkadang cuma titip absen saat kuliah alias bolos untuk main kesana kemari tidak tahu tujuan. Atau hanya sekedar rutinitas masuk kelas, dengar dosen mengajar, lalu pulang. Sampai di kos mengerjakan tugas dari dosen. Kadang menyelesaikan tugas pun banyak yang numpang pada teman, karena itu dianggap cara praktis sebagai solusi pemecahan tugas-tugas yang mereka anggap membuat pusing kepala.

Kedua, mahasiswa akademisi. Tipe mahasiswa seperti ini adalah mahasiswa yang fokus pada kuliah, dengan tujuan mendapat nilai A. Mereka giat belajar menuruti apa yang disampaikan dosen untuk mengerjakan tugas-tugas mata kuliah. Tujuan mereka juga sangat fantastis, lulus cepat dengan predikat wisudawan/wati terbaik. Memang banyak mahasiswa yang membutuhkan seperti ini, namun mereka terkadang tidak terlalu mementingkan jaringan (koneksi) dengan banyak orang. Dengan realita saat ini, di dunia kerja kebanyakan tamatan yang seperti ini kurang dilirik, karena hanya pintar dalam bidang akademik.

Ketiga, mahasiswa aktivis. Aktivis adalah mahasiswa idealis yang “turut serta“ dalam menangani masalah yang dihadapi bangsa. Berorganisasi, berinteraksi, dan bergerak bersama mahasiswa lain baik intra maupun eksternal kampus. Mereka kerap Demo karena dianggap sebagai andalan untuk menyuarakan perubahan dan menentang ketidakadilan. Resiko menjadi aktivis terkadang harus ada yang dikorbankan, akan tetapi jika berpandai-pandai aman dalam melangkah.

Keempat, mahasiswa yang berkutat pada wirausaha atau istilah kerennya entrepreneurship. Mereka tidak terkontaminasi dengan politik kampus apalagi tergoda dengan nilai-nilai akademik kuliah. Kadang kala Mahasiswa tipe ini sebagian kecil terancam DO (Dop Out) karena keasyikan dengan duit yang telah didapat. Buat apa kuliah kalau untuk cari pekerjaan dan uang, sementara keduanya telah ada di tangan. Demikian yang ada dalam pikiran mereka.

Kelima, mahasiswa multitalenta. Tipe mahasiswa seperti ini adalah mahasiswa yang mampu menempatkan dirinya sebagai akademisi, aktivis, dan entrepreneur. Mahasiswa seperti ini merupakan manusia langka karena di pundak merekalah kemana negara ini akan berlabuh kelak. Mereka tidak tergoyah oleh masalah uang dan tidak goyah masalah kepentingan pribadi maupun golongan. Mereka independen dan lebih banyak beraksi mencari solusi permasalahan bangsa dengan belajar dan bekerja.

Jadi dari pemaparan di atas bisa kita lihat dan kita ukur bayang-bayang bersama, kita mau eksis dan jadi golongan keberapa? Silahkan tentukan pilihannya. 


(Ridho Permana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar