Firdaus bercita-cita
menjadi tentara. Itu disebabkan semasa kecilnya selalu menyaksikan tentara
berlari tiap pagi depan rumahnya di Tabing, Padang. Dia kagum melihat seragam
tentara yang gagah dan berwibawa.
Untuk mencapai
cita-cita itu, Firdaus pernah mengikuti ujian masuk Akademi Militer. Namun,
cita-cita tersebut tak terwujud ketika hasil tes masuk tidak berbuah seperti
yang diinginkan. Akhirnya, Unand menjadi pilihan, tepatnya Jurusan Antropologi setelah mencicipi Jurusan Sastra terlebih dahulu.
Di kampus Limau Manih
ini, Firdaus masih mengasah cita-citanya. Itu dibuktikan dengan menjadi
Komandan Menwa 101 Mahawira Universitas Andalas. Tidak hanya itu, Firdaus juga
pernah menjadi salah satu dari 2 orang pembawa bendara pusaka di Istana Negara.
Dunia Paskibraka sudah
digelutinya semenjak duduk di bangku SMAN 2 Padang. Prestasinya dalam
organisasi yang menjunjung tinggi kedisiplinan menggambarkan keinginannya untuk
menjadi Aparat Militer. Pada usia 16 tahun, pelatih karate ini berhasil meraih
sabuk hitam (black belt) termuda.
Putra pegawai Dinas
Lalu Lintas dan Jalan Raya (LLAJ) ini, sekarang dipercaya menjadi Ketua Dewan
Pengurus Provinsi Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Sumbar. Dia
dilantik bersama pengurus periode 2012-2016 oleh MS Kaban selaku Ketua Pengurus
Nasional IARMI di Hotel Pangeran Beach hari Minggu (01/04/2012 kemarin.
Firdaus Ilyas yang baru
saja dilantik, mengupayakan setiap Perguruan Tinggi Nasional (PTN) dan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Sumbar akan kembali mengaktifkan organisasi
Menwa. Menwa tempat membentuk mental, karakter dan pengetahuan serta memupuk
nilai nasionalisme.
Berasal
dari Keluarga Sederhana
Bapak tiga anak ini
dibesarkan dalam keluarga yang sadar pentingnya pendidikan. Meskipun terlahir
dalam keluarga yang pas-pasan, semangat menuntut ilmunya tidak ikut pas-pasan.
Segala usaha dilakukannya. Firdaus mengantarkan kacang atom, telur itik dan
buah-buahan.
Hampir semua warung di
sekitar tabing diisi oleh Firdaus kecil. Tidak hanya warung, Sekolah Dasar tempatnya
menuntut ilmu pun menjadi tempatnya berjualan. Menakjubkan, ketika dia membawa
kacang atom dan buah kakao ke sekolah untuk dijualnya pada teman-temannya.
Hasil penjualannya di sekolah itu disimpannya untuk membeli tas yang lebih
besar agar bisa memuat kacang atom dan buah kakao lebih banyak lagi.
Usaha-usaha kreatifnya
itu dilakukan untuk meringankan beban orang tuanya. Meskipun seringkali
pekerjaan yang dia lakukan tidak diizinkan oleh ibunya.
Dengan kemauan dan
didorong cita-cita besarnya, pendidikan Firdaus terus berlanjut hingga berhasil
dalam karir seperti sekarang.
(Ridho
Permana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar