Pejuang Kata-kata

Menjadi pejuang kata-kata suatu pekerjaan yang menyenangkan. Lahir dari kata, bekerja untuk kata, hidup juga karena kata.

Karena kata-kata juga Blog ini lahir untuk memainkan setiap sentuhan kata yang dirangkai menjadi sebuah tulisan. Selamat bermain kata-kata.

Jumat, 07 Februari 2014

Idealisme vs Realistis



Menjadi mahasiswa tentunya mempunyai arah atau prinsip selaku kaum intelektual. Biasanya mahasiswa dikenal ideologinya yang idealis, kritis dan dinamis. Berbicara tentang idealis selalu menampilkan sosok seorang kaum intelektual (mahasiswa) yang selalu menuntut keadaan seharusnya. 

Hidup dalam tatanan pendidikan dengan menyandang gelar agen perubahan selalu mengusung ideologi tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) idealis berarti hidup atau berusaha hidup sesuai cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Atau dengan kata lain menganggap pikiran (cita-cita) sebagai satu-satunya hal yang benar yang dicamkan dan dipahami.
 
Mahasiswa selalu menuntut hal-hal yang sesuai pada jalur semestinya (kesempurnaannya). Ideologi mahasiswa idealnya memang tidak bisa ditunggangi kepentingan-kepentingan lain (independen), dengan arti kata independensi mahasiswa itu ada pada dirinya. Mahasiswa juga tidak bisa ditunggangi kepentingan-kepentingan politik yang akan mampu merusak ideologinya.

Dewasa ini dilihat pada berbagai perguruan tinggi, atau dalam realita kehidupan mahasiswa, berbagai partai politik sudah berani masuk dan menyusup menggoyahkan pemikiran mahasiswa itu sendiri. Apalagi dalam momentum pemilihan Cawako Cawawako Padang yang akan dilakukan beberapa waktu mendatang.

Hidup sebagai mahasiswa hendaknya bisa menikmati ideologi atau prinsip-prinsip yang ada tersebut, sebab pada realitanya selepas menjadi mahasiswa kebanyakan menjalani kehidupan dengan realistis. Sesuai dengan keadaan. 

Dengan permasalahan yang ada saat ini, mahasiswa hendaknya bisa memposisikan diri dan mampu mampu menerapkan ideologi yang ada.  Jika partai poolitik itu hadir dikalangan mahasiswa dan beredar seharusnya yang dilakukan mahasiswa mengkritisi keadaan tersebut, bukan mengaminkan apa yang ada.

Sangat naïf rasanya ketika kepentingan-kepentingan politik itu hadir namun mahasiswa terkesima dan hanyut dalam keadaan tersebut. jika mahasiswa juga ikut mengambil bagian dari aspirasi partai politik tersebut maka mahasiswa sama saja dengan menjual ideologinya sendiri. 

Sesuai dengan konteks idealisme tersebut mahasiswa sebagai pelaku perubahan hendaknya mampu mengembalikan keadaan seperti idealnya. Bukan malah hanyut dalam kepentingan-kepentingan itu. Sebagai slah satu contoh dalam waktu dekat pemerintah akan memberlakukan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan keadaan ini mahasiswa hendaknya mengambil posisi untuk menyadarkan penmerintah akan nasib masyarakat-masyarakat miskin.

Karena mahasiwa berada pada elemen masyarakat tersebut, layaknya memperjuangkan hak rakyat. Bahkan ketika beberapa pentolan negeri ini termasuk partai-partai menyetujui kenaikan BBm tersebut, mahasiswa mampu melakukan perubahan, bukan dalam artian menyerang pemerintah, tapi memperjuangkan apa sebenarnya yang mampu diperjuangkan. 

Jika idealisme mahasiswa itu memang ada ia tidak akan terlena dengan keadaan itu dan ikut mengaminkan juga. Semoga  mahasiswa menjadi pemikir-pemikir handal dan memang memainkan perannya dikancah dunia pendidikan dan mampu menuangkan pemikirannya dengan tetap berdemokrasi.

Kembalinya ruh mahasiswa dengan pemikirannya tergantung pergerakan serta perubahan apa yang dilakukannya, jika hendak memulai mulai lai=h dari diri sendiri dan hal yang terkecil dalam hidup di kampus. Semoga peran mahasiswa kembali hadir di lingkungannya.

(Ridho Permana)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar