Pejuang Kata-kata

Menjadi pejuang kata-kata suatu pekerjaan yang menyenangkan. Lahir dari kata, bekerja untuk kata, hidup juga karena kata.

Karena kata-kata juga Blog ini lahir untuk memainkan setiap sentuhan kata yang dirangkai menjadi sebuah tulisan. Selamat bermain kata-kata.

Rabu, 05 Februari 2014

Rekonstruksi Pergerakan Mahasiswa



Berbicara pergerakan di tubuh mahasiswa dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang signifikan. Aktivis mahasiswa saat ini sebagian besar masuk ke dalam pusaran kuasa dan kepentingan politik, menandakan lemahnya karakter karena terwarnai oleh kekuatan sosial lain, sementara dirinya sebagai kekuatan utama gagal membentuk warna.

Pergerakan mahasiswa lebih banyak terlihat dengan pola sama, pola anarkis, kritis tapi tidak konstruktif. Semuanya memperlihatkan model pergerakan yang sama, model anarkis namun miskin gagasan progresif. Walaupun ada yang konstruktif namun seakan tidak muncul ke permukaan selain pola konflik dan kritis yang lebih dominan anarkismenya.

Kegagalan membangun visi pergerakan mahasiswa banyak dipengaruhi oleh tidak adanya kapasitas, tidak adanya inisiatif, dan lemahnya konsistensi. Kapasitas mahasiswa akan menentukan kualitas ide yang disodorkan untuk mempengaruhi kesadaran massif masyarakat secara umum, pemerintah dan elemen stakeholder lainnya.

Di sisi lain mahasiswa yang sadar akan keadaan ini tidak memiliki inisiatif yang konsisten untuk memperbaikinya, jikapun ada yang mau namun setengah hati sehingga posisinya menjadi galau sama dengan pemerintahan yang selalu menampakkan muka galau di hadapan rakyat.

Tanpa ide dan karakter, penyatuan gerakan mahasiswa tidak mungkin terjadi, karena setiap elemen kepemudaan masing-masing memiliki konsentrasi ideologi dan warna gerakan yang dianut. Akibatnya konsolidasi jadi mentah.

Saat ini telah terjadi romantisme historis di antara mahasiswa, sebagaian mahasiswa masih terjebak dalam rona pesona masa lalu namun gagal melihat hari ini dan masa depan. Terlihat dari pola fikir mahasiswa yang semrawut, terlalu umum dan sukar mengukurnya.

Pergulatan aktivis masih sebatas epistemologi politik, epistemologi gerakan, dan terlalu banyak menguasai konsep namun tidak satupun yang berhasil dijiwai dalam spesifikasi keilmuan. Padahal kita ketahui arah baru zaman ini adalah profesionalitas dan enterpreneurship.

Bagaimana bisa nyambung jika mahasiswa masih berfikir terlalu dominan politik tanpa kapasitas spesifik, sama seperti era 1998. Bedanya hanya konteks namun kontennya serupa. Hari ini, berfikiran politik memang baik namun akan kerepotan sebab orang-orang yang akan mengisi ruang publik hari ini ke depan sampai tahun 2015 adalah kaum profesional dan enterpreneur. Kalau mahasiswa 1998 berfikiran umum dan politik maka itu masih kontekstual pada zamannya karena dengan mudah akan masuk dewan, karena pengusaha akan mem-back up-nya, namun saat ini para pengusaha dan profesional justru mau tampil di depan. 

Meski demikian, tetap ada harapan dengan mendorong beberapa hal penting, membenahi internalnya. Jangan sampai gagal memetakan dan merumuskan visi kelembagaan secara internal karena akan mudah dimasuki kelompok kepentingan. 

Kemudian, membangun visi yang cemerlang disertai metodologi pergerakan yang terukur. Visi yang baik akan bisa menyolidkan kembali mahasiswa, harapan penyatuan akan bisa dilakoni kembali.

Kebutuhan akan penataan pengetahuan ke arah spesifik dan profesional sangat penting dilakukan agar wacana mahasiswa tidak terjebak dalam rumusan epistemologi semata, yang akan menyebabkan masturbasi pemikiran. Gagasan yang umum akan sulit diaktualkan sehingga perlu adanya kesadaran individu dan kolektif untuk membangun profesionalitas agar ide-ide mahasiswa bisa semakin konstruktif tidak sekedar kritis saja. 

Jika ini berhasil dilakukan maka selanjutnya perlu membangun forum bersama untuk menciptakan konsolidasi gerakan yang massif. Forum akan berfungsi menyatukan ide, gerakan dan membuat pergerakan terukur dan tidak buang-buang energi. Gerakan sendiri-sendiri oleh mahasiswa selama ini telah membuang banyak energi tanpa hasil maksimal sehingga adanya forum akan bisa mengatasi kelemahan tersebut.


(Ridho Permana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar