Seorang nenek menangis. |
Indonesia
dikenal sebagai Negara yang kaya, kekayaan alam di penjuru negeri ini sangat
banyak. Sebut saja rempah-rempah.
Negaranya makmur namun tapi angka kemiskinan
tinggi. Melihat fenomena yang terjadi hari ini rasanya kita sebagai warga Negara
yang mengaku bertumpah darah dan bertanah air satu yaitu Indonesia miris
melihat semua yang terjadi.
Terkadang
kita sering mengeluh akan semua hal yang terjadi di negeri ini, rasanya lelah
melihat tingkah para tikus-tikus berdasi yang selalu menggerogoti uang rakyat. Namun
cukupkah dengan itu semua? Tidak pernahkah kita berfikir apa dan bagaimana
solusi untuk semua duka ini?
Jika
kita lihat tidak tanggung-tanggung, yang menghabiskan uang rakyat itu mereka
para kaum intelektual. Para pentolan atau jebolan universitas (pergurua tinggi)
ternama di negeri ini. Namun kita tidak menyalahkan institusinya, kenapa semua
bisa terjadi?
Kita
perhatikan, mereka semua orang-orang terdidik, kaum intelektual. Namun entah
apa yang salah, atau potensi menjadi mafia yang lebih menonjol kita juga tidak
tahu, yang jelas mereka makan dan nikmati hak rakyat.
berbicara
sedikit hukuman, sebaiknya hukuman apa yang harus diberikan kepada orang-orang
yang tidak mau jera memakan uang rakyat? Ada yang berciloteh hukum mati para
koruptor, ada juga yang mengatakan, sita seluruh harta kekayaannya sampai ia
miskin agar merasakan bagaimana kehidupan orang-orang yang diambil haknya. Banyak
lagi usulan-usulan hukuman terhadap sang koruptor.
Memang
penyakit ini sudah membuat malu Negara ini, Negara yang dihidupkan melalui
perjuangan-perjuangan para leluhur yang telah bertumpah darah demi tegaknya
sangsaka merah putih untuk satu kata, yaitu “MERDEKA”.
Sebenarnya
dari semua yang terjadi ada yang yang paling penting untuk di dibicarakan
bersama. Soal kebijakan kita, suara kita untuk Indonesia. Sebagaimana yang kita
ketahui undang-undang bisa lahir karena perjuangan aparatur Negara. Tidak bisa
selamanya kita harus terpuruk dalam keadaan ini, juga tidak bisa selalu
mengutuk apa yang terjadi di negeri ini, namun selayaknya kita merapatkan
barisan untuk mencapai suatu mufakat bagaimana membebaskan Negara ini dari
penyakit korupsi.
Rasanya
tidak sulit untuk mencapai suatu kesepakatan jika memang semua bersatu. Rakyat mendukung
apa yang diusahakan para wakilnya, dan wakil rakyat memang benar-benar bekerja
untuk kepentingan rakyat.
Ambil
satu kata untuk hukuman apa yang diberikan bagi sang koruptor. Sedikit gambaran
tidakkah kita melihat bagaimana Negara berkembang untuk menerapkan hukum di
negaranya. Sebenarnya Negara ini tidak miskin, namun krisis moral membuat warga
Negara ini miskin, banyak persatuan tapi tidak pernah satu tujuan, banyak
pergerakan tapi tidak pernah bergerak. Banyak ikatan tapi tidak pernah meyatu
dalam satu ikatan.
Sudah
cukup rasanya jutaan jiwa di negeri ini menangis, sudah cukup juga rasanya
mereka mati kelaparan sedangkan mereka yang memakan hak-haknya tertawa tanpa
ada dosa. Sudah cukup semua, jangan ada lagi
air mata di negeri tercinta.
(Ridho Permana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar